PENERAPAN
FIQH DAN AKHLAKUL KARIMAH YANG BAIK PADA ANAK SEJAK DINI DI MDT AL-ASRI
Oleh:
Ervina Mardiani
BAB I
PENDAHULUAN
- Analisis
Permasalahan
Fiqh adalah salah satu bagian dari mata
pelajaran yang menerangkan tentang hukum-hukum syari’ah Islam dari dalil-dalil
secara terperinci. Sedangkan pembelajaran bidang studi fiqh di Madrasah
Diniyyah adalah interaksi pendidik dalam memberikan bimbingan kepada peserta
didik untuk mengetahui ketentuan-ketentuan syari’at Islam.
Materi yang sifatnya memberikan
bimbingan terhadap warga belajar agar dapat memahami, menghayati, dan
mengamalkan pelaksanaan syari’at tersebut. Yang kemudian menjadi dasar
pandangan dalam kehidupannya, keluarga dan masyarakat lingkungannya.
Bentuk bimbingan tersebut tidak terbatas
pada pemberian pengetahuan, tetapi jauh seorang guru dapat menjadi contoh
tauladan. Dengan keteladanan guru, diharapkan para orang tua dan masyarakat
membantu secara aktif pelaksanaan pembelajaran bidang studi fiqh di dalam
kehidupan sehari-hari.
Kurangnya keikutsertaan guru mata
pelajaran lain dalam memberi motivasi kepada peserta didik untuk mempraktekkan
nilai-nilai fiqih dalam kehidupan sehari-hari. Lalu lemahnya sumber daya guru
dalam pengembangan pendekatan dan metode yang lebih variatif, minimnya berbagai
sarana pelatihan pengembangan, serta rendahnya peran serta orang tua peserta
didik.
Maka dari itu, program individu ini
adalah melakukan penerapan fiqih dan akhlakul karimah yang baik kepada anak
sejak dini agar terbentuk nya santri-santri yang berakhlakul karimah yang baik.
Pelajaran fiqh adalah salah satu bagian pelajaran Pendidikan Agama Islam yang
diaarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,
dan mengamalkan hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (Way
of Life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan,
pengalaman dan pembiasaan.
a. Kondisi Umum Kabupaten dan Desa
Sebagian besar wilayah
Kabupaten Bandung adalah pegunungan, kecuali wilayah utara yang merupakan
dataran rendah yang sering terendam banjir. Di antara puncak-puncaknya adalah:
Gunung Patuha (2.334 m), Gunung Malabar (2.321 m), serta Gunung Papandayan
(2.262 m) dan Gunung Guntur (2.249 m), semuanya di perbatasan dengan Kabupaten
Garut dan Kabupaten Cianjur. Luas 1.762,39 km2 Populasi Total 4.069.872 jiwa
(2015) Kepadatan 2.309,29 jiwa/km2.
Kabupaten Bandung terbagi 31
Kecamatan dan 277 Desa. Dan salah satu Kecamatan yang menjadi tempat KKN kami
ialah Kecamatan Baleendah. Kecamatan Baleendah terbagi 8 Desa terdiri dari Desa
Andir, Baleendah, Bojongmalaka, Jalekong, Malakasari, Manggahang, Rancamanyar,
Wargamekar.
B.
Identifikasi Masalah
Permasalahan
utama yang dihadapi selama melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
adalah permasalahan Lingkungan dari Sampah. Banyak berbagai langkah solutif yang telah ditempuh berbagai cara
baik dari Pemerintahan Desa maupun lembaga Desa, mulai dari memiliki lahan TPA
ataupun Tungku untuk dibuatkan sistem pengolahan sampah. Sehingga setiap
wilayah dusun diharapkan mampu dan bisa mengelola sampah itu dengan baik.
- Tujuan dan Manfaat
Dilihat dari permasalahan yang ada
sebagaimana dijelaskan sebelumnya, maka terdapat beberapa tujuan untuk menjawab
permasalahan tersebut:
1.
Menimbulkan rasa
peduli satu sama lain antara dan memberikan kesadaran bahwa pada dasarnya
seorang manusia tidak akan bisa menjadi makhluk individual, melainkan makhluk
sosial yang akan saling ketergantungan dengan manusia yang lain.
2. Memberikan kesadaran mengenai bagaimana
hidup saling toleransi dari banyaknya perbedaan baik perbedaan dalam beragama
maupun perbedaan dalam meyakini sebuah keyakinan.
D. Metode Yang Digunakan
Metode penelitian merupakan pendekatan atau cara
ilmiah yang dilakukan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Adapun
dalam penulisan laporan Individu ini, digunakan beberapa metode agar
diperoleh suatu hasil yang valid sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Adapun penelitian yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Pendekatan
Adapun pendekatan didalam penelitian
ini diantaranya yaitu jenis penelitian dan sumber data, antara lain sebagai
berikut:
a.
Jenis
Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dan komperatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
b.
Sumber Data
1.
Data Primer
Data primer adalah data yang didapat
dari sumber pertama baik individu atau perorangan.
Adapun data pokok ini adalah dari beberapa referensi kitab atau buku.
2.
Data Sekunder
Data sekunder adalah data primer
yang telah diolah lebih lanjut kemudian disajikan, baik oleh pihak pengumpul
data primer atau oleh pihak lain. Adapun data sekunder atau data
tambahan pelengkap pada penelitian ini adalah bersumber dari buku-buku lainnya
yang berkaitan dengan pembahasan ini, serta
wawancara dari peneliti dengan informan yaitu pihak di likungan MDT Al-Asri
Adapun metode yang digunakan dalam
penelitian ini, penulis menggunakan empat cara yaitu anatara lain:
a. Studi kepustakaan adalah dengan menggunakan kajian
studi kepustakaan berupa mengambil beberapa sumber-sumber penelitian ini dari
buku yang berkaitan tentang pembelajaran
fiqih pada anak usia dini
b.
Dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan data-data dokumen yang berkenaan
dengan keadaan.
c.
Wawancara adalah
pertemuan antara peneliti dengan informan yaitu pihak MDT Al-Asri, ketua
MDT, kepala sekolah MDT, dan Staf Pengajar di lingkungan MDT Al-Asri.
1.
Analisis Data
Analisis data adalah data yang telah berhasil dihimpun
baik itu dari pustaka dan penelitian langsung kepada pihak jamaah
Masjid Al-Burhan desa Waluya, dan akan dianalisis dengan
menggunakan dua metode, adapun metode yang digunakan untuk
menganalisis data dalam penelitian ini adalah:
a.
Metode
Deskriptif
Metode
deskriptif adalah sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian. Adapun
deskriptif pada penelitian ini adalah dengan menggambarkan tentang keadaan
mengenai pembelajaran fiqih pada anak-anak usia dini.
b.
Metode Komperatif
Metode
komperatif yaitu digunakan untuk mengkaji tentang pembelajaran fiqh dan
akhlakul karimah yang baik pada anak usia dini di lingkungan MDT Al-Asri untuk
menumbuhkan generasi penerus bangsa yang berakhlakul karimah yang baik di desa
Rancasabir.
2.
Metode
Penerapan
Metode
penerapan pelaksanaan kegiatan KKN di Desa Waluya ini dilakukan melalui
beberapa karakteristik, antara lain:
1.
Gagasan
Bersama (Co-Creation) Pelaksanaan KKN ini didasarkan pada suatu tema dan
program yang merupakan gagasan bersama antara pihak universitas (Dosen
Pembimbing, Mahasiswa, Pusat Studi) dengan pihak pemerintah daerah (Lingkungan,
Desa atau Kecamatan), mitra kerja dan masyarakat setempat.
2.
Dana Bersama
(Co-financing/Co-funding) KKN dilaksanakan dengan pendanaan bersama antara mahasiswa
pelaksana, universitas dengan pihak pemerintah daerah, mitra kerja.
3.
Keleluasaan
(Flexibility) KKN dilaksanakan berdasarkan pada suatu tema dan program yang
sesuai dengan situasi dan kebutuhan pemerintah daerah, mitra kerja dan
masyarakat dalam proses pembangunan di daerah. Mahasiswa dapat memilih tema dan
waktu pelaksanaan KKN.
4.
Berkesinambungan
(Sustainability) KKN dilaksanakan secara berkesinambungan berdasarkan suatu
tema dan program yang sesuai dengan tempat dan target tertentu.
5.
Berbasis
riset (Research based Community Services) KKN dilaksanakan sedapat mungkin
melalui riset di daerah atau tempat pelaksanaan KKN agar dapat menghasilkan
program-program kerja yang dapat diterapkan di daerah tersebut.
E.
Kerangka Pemecahan Masalah
Dari pemaparan di atas
mengenai masalah-masalah yang dihadapi oleh mahasiswa KKN selama berada di
lokasi dusun dua, Desa Malakasari, ada beberapa permasalahan salah satunya
adalah:
1. Mengadakan
penyuluhan Hukum Perda Sampah
2. Dalam
persoalan keagamaan penulis dan tim KKN Kelompok 46 mengadakah Tabligh Akbar,
menjadi pembimbing dalam pengajian rutin
anak-anak
3. Agar anak-anak
di Dusun Satu, Desa Malakasari setiap sore kami selalu mengadakan bimbingan
belajar yang lokasinya berada di Posko KKN Kelompok 46.
Di Kelompok 46 ada mahasiswa dari jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam,
dalam hal ini, mahasiswa ini diminta menjadi mc, atau sambutan untuk berbagai
macam kegiatan yang ada di Dusun Satu.
BAB
II
GAMBARAN
UMUM
- Monografi
Desa
- Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 1.1
No
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
1.
|
Laki-Laki
|
7.591
|
2.
|
Perempuan
|
3.366
|
Total
|
15.330
|
2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 1.2
No
|
Mata Pencaharian
|
Jumlah/ Orang
|
1
|
Tanaman Bahan makanan
(Palawija & Holtikultura)
|
442
|
2
|
Perkebunan
|
4
|
3
|
Peternakan
|
9
|
4
|
Perikanan
|
2
|
5
|
Kehutanan
|
1
|
6
|
Buruh tani
|
91
|
7
|
Industri tambang
|
27
|
8
|
Industri pengolahan
|
1.430
|
9
|
Bangunan/ Konstruksi
|
401
|
10
|
Perdagangan (Besar & eceran)
|
812
|
11
|
Hotel & restoran
|
77
|
12
|
Angkutan
|
305
|
13
|
PNS
|
60
|
14
|
TNI/ POLRI
|
52
|
15
|
Komunikasi (Wartel, Warnet dsb)
|
20
|
16
|
Lainnya
|
590
|
3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
Tabel 1.3
No
|
Agama
|
Jumlah/ Orang
|
1
|
Islam
|
14.068
|
2
|
Katholik
|
0
|
3
|
Kristen
|
115
|
4
|
Hindu
|
0
|
5
|
Budha
|
1
|
6
|
Konguchu
|
0
|
7
|
Kepercayaan
|
0
|
4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat
Pendidikan
Tabel 1.4
No
|
Tingkat Pendidikan
|
Jumlah
|
1
|
Tidak/ Belum Punya
Ijazah
|
1.027
|
2
|
SD/ Setara
|
3.146
|
3
|
SMP/ Setara
|
3.249
|
4
|
SMA/ Setara
|
3.070
|
5
|
Perguruan Tinggi
|
30
|
Lembaga
Pemerintahan dan Lembaga Sosial Desa
1. Lembaga Pemerintahan
Pemerintahan
Desa
Pemerintahan Desa memegang peranan penting dalam
merencanakan dan melaksanakan pembangunan dalam mewujudkan Visi dan Misi Desa
Malakasari. Dalam menjalankan pemerintahan Desa, Kepala Desa dibantu
dengan 17
perangkat desa.

Selain
itu dengan luas wilayah desa 175.66 Ha, Pemerintah Desa Malakasari dibantu
dengan jumlah RT dan Rw serta lembaga-lembaga desa dengan kerja sama yang harmoni
dalam mendukung program dan kebijakan pemerintah.
No
|
Keterangan
|
Jumlah
|
1
|
RW
|
13
|
2
|
RT
|
47
|
3
|
Lembaga
Desa
|
15
|
2. Lembaga Sosial Desa
Tabel 1.6
No
|
Jenis Komoditas
|
Luas Areal (Hektar)
|
Produksi (Kwintal)
|
1
|
Padi
|
112,0
|
806,4
|
2
|
Padi Ladang
|
0
|
0
|
3
|
Jagung
|
0
|
0
|
4
|
Kedelai
|
0
|
0
|
5
|
Kacang Tanah
|
0
|
0
|
6
|
Ubi Kayu
|
0
|
0
|
7
|
Ubi Jalar
|
0
|
0
|
8
|
Kacang Panjang
|
0
|
0
|
9
|
Tomat
|
0
|
0
|
10
|
Mentimun
|
1,5
|
15
|
11
|
Mangga
|
0
|
0
|
12
|
Pisang
|
0
|
0
|
13
|
Pepaya
|
0
|
0
|
Tabel 1.7
No
|
Jenis Ternak
|
Jumlah
|
1
|
Sapi Potong
|
1
|
2
|
Sapi Perah
|
0
|
3
|
Kerbau
|
2
|
4
|
Kuda
|
0
|
5
|
Kambing
|
50
|
6
|
Domba
|
39
|
7
|
Kelinci
|
46
|
8
|
Ayam Ras Petelur
|
0
|
9
|
Ayam Ras Pedaging
|
2.335
|
10
|
Ayam Kampung
|
511
|
11
|
Itik
|
650
|
12
|
Itik Manila
|
3.400
|
13
|
Unggas Lainnya
|
40
|
Keadaan Kelompok
Tani Aktif Lembaga Pemerintahan Desa Malakasari
§ LPMD/LPMK Atau Sebutan Lain
§ PKK
§ Rukun Warga
§ Rukun Tetangga
§ Karang Taruna
§ Organisasi Keagamaan / MUI
E. Sarana dan Prasarana
Data Sarana dan Prasarana Yang Telah Di Bangun
No
|
Sarana dan
Prasarana
|
Jumlah/ Panjang
|
1
|
Roda Empat
|
81
|
2
|
Roda Dua
|
1.022
|
3
|
Delman
|
0
|
4
|
Becak
|
10
|
Tabel 1.9
No
|
Prasarana
|
Jumlah
|
1
|
Sumur Umum
|
15
|
2
|
MCK
|
6
|
No
|
Prasarana Irigasi
|
Jumlah
|
1
|
Saluran Primer
|
3
|
2
|
Saluran Sekunder
|
1
|
3
|
Saluran Tersier
|
1
|
4
|
Pintu Pembagi Air
|
3
|
No
|
Prasarana
Pemerintahan
|
Jumlah/ Unit
|
1
|
Balai Desa
|
1
|
2
|
GOR
|
1
|
3
|
Paud
|
1
|
4
|
Kendaraan Roda Empat
|
1
|
5
|
Kendaraan Roda Dua
|
2
|
6
|
Komputer
|
4
|
7
|
Laptop
|
2
|
8
|
Meja
|
10
|
9
|
Kursi Rapat
|
40
|
10
|
Infocus
|
1
|
11
|
Lemari Arsip
|
2
|
12
|
Mesin Tik
|
1
|
13
|
Sound System
|
1
|
14
|
Kursi Sudut
|
3
|
15
|
Kursi Kerja
|
10
|
16
|
Mushola
|
1
|
No
|
Sarana Ibadah
|
Jumlah
|
1
|
Masjid
|
18
|
2
|
Mushola
|
24
|
3
|
Gereja
|
0
|
Tabel
1.13
No
|
Sarana Olah Raga
|
Jumlah/ Unit
|
1
|
Lapang Sepak Bola
|
2
|
2
|
Lapang Bola Volly
|
4
|
3
|
Gor Bulu Tangkis
|
2
|
4
|
Meja Ping Pong
|
6
|
5
|
Lapang Futsal
|
2
|
Tabel
1.14
No
|
Sarana Kesehatan
|
Jumlah
|
1
|
Posyandu
|
14
|
2
|
Bidan Desa
|
2
|
3
|
Dukun Anak Terlatih
|
1
|
Tabel
1.15
No
|
Sarana Pendidikan
|
Jumlah/ Unit
|
1
|
TPA/ RA
|
3
|
2
|
TK
|
4
|
3
|
SD
|
2
|
4
|
SMP
|
0
|
5
|
SMA/ SMK/ MA
|
0
|
6
|
Lembaga Pendidikan Keagamaan
|
4
|
7
|
Madrasah Diniyah
|
21
|
B.
Kondisi Komunitas Sasaran
Pemberdayaan masyarakat merupakan tujuan
akhir dari dharma pengabdian kepada masyarakat. Oleh karena itu, KKN mahasiswa
dengan basis pemberdayaan masyarakat (sisdamas) merupakan upaya untuk melatih
para mahasiswa bersama masyarakat menyusun agenda perubahan yang disusun dari
masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan mahasiswa sebagai
fasilitator pemberdayaan dan dosen selaku pembimbing lapangan.
Perlu diakui, capaian hasil
pemberdayaan dalam kegiatan KKN bisa jadi menjawab kebutuhan masyarakat tentang
problema kehidupan sosial, ekonomi, agama, pendidikan, teknologi dan
sebagainya, baik terbentuk suatu program jangka pendek, seperti kegiatan
pemanfaatan ilmu pengetahuan yang dimiliki mahasiswa KKN maupun program jangka
menengah dan panjang yang hasilnya baru bisa dinikmati setelah mahasiswa pulang
dari lokasi KKN. Walupun demikian, KKN sisdamas ini
mendorong mahasiswa merancang suatu rencana aksi pemberdayaan di mana
masyarakat bukan sebagai objek tetapi subjek dari pemberdayaan itu sendiri.
Keberhasilan program kegiatan diukur dari sejauh mana mahasiswa mempunyai
pemahaman permasalahan yang ada dalam masyarakat, mencari alternatif solusinya,
melakukan sosialisasi, komunikasi, dan koordinasi dengan berbagai pihak untuk
merealisasikan solusi yang dipilihnya.
Sebagai fasilitator, mahasiswa peserta
KKN akan membangun kesadaran kritis masyarakat. Ini menjadi penting, karena
selama ini seringkali dalam berbagai program, masyarakat ditempatkan sebagai
’objek’ pembangunan dan masyarakat acapkali tidak diajak untuk melakukan
berbagai upaya pemecahan masalah tanpa me-ngetahui serta menyadari masalah yang
sebenarnya (masalah dirumuskan oleh ’Orang Luar’).
Kondisi tersebut menyebabkan dalam pemecahan
masalah masyarakat hanya sekedar melaksanakan kehendak ’Orang Luar’ atau karena
tergiur dengan ’iming-iming’ bantuan uang, bukan melaksanakan kegiatan karena
benar-benar menyadari bahwa kegiatan tersebut memang bermanfaat bagi pemecahan
masalah mereka.
Jika dilihat dari proses
operasionalisasinya, maka ide pembe-rdayaan memiliki dua kecenderungan, antara
lain: pertama, kecen-derungan primer, yaitu kecenderungan proses yang
memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan (power)
kepada masyarakat atau individu menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat
dilengkapi pula dengan upaya membangun asset material guna mendukung
pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi; dan kedua,
kecenderungan sekunder, yaitu kecenderungan yang menekankan pada proses
memberikan stimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai
kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya
melalui proses dialog. Dua kecenderungan tersebut memberikan (pada titik
ekstrem) seolah berseberangan, namun seringkali untuk mewujudkan kecenderungan
primer harus melalui kecenderungan sekunder terlebih dahulu.
Dalam upaya memberdayakan masyarakat
dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu ; pertama, menciptakan suasana atau
iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Disini
titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat,
memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang
sama sekali tanpa daya, karena jika demikian akan sudah punah. Pemberdayaan
adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong, memotivasikan, dan
membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk
mengembangkannya.
Kedua,
memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering).
Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya
menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata,
dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pem-bukaan akses ke
dalam berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat
menjadi berdaya. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota
masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya
modern, seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, dan kebertanggungjawaban
adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan ini. Demikian pula pembaharuan
institusi-institusi sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan
serta peranan masyarakat di dalamnya. Yang terpenting disini adalah peningkatan
partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan
masyarakatnya. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya
dengan pemantapan, pembudayaan, pengamalan demokrasi.
Ketiga,
memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus
dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam
menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang
lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi
tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu justru
akan mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus
dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang,
serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan
membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian (charity).
Karena, pada dasarnya setiap apa yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha
sendiri (yang hasilnya dapat dipertukarkan dengan pihak lain).
Dengan demikian tujuan akhirnya
adalah memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuan untuk
memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan.
BAB III
PROSES PENGABDIAN KEPADA KEMASYARAKAT
A.
Tahapan Pengabdian Kepada Masyarakat
Pemberdayaan tidak bersifat selamanya, melainkan sampai
target masyarakat mampu untuk mandiri dan kemudian dilepas untuk mandiri, meski
dari jauh dijaga agar tidak jatuh lagi. Dilihat
dari pendapat tersebut berarti pemberdayaan melalui suatu masa proses belajar,
hingga mencapai status, mandiri. Meskipun demikian dalam rangka menjaga
kemandirian tersebut tetap dilakukan pemeliharaan semangat, kondisi dan
kemampuan secara terus menerus supaya tidak mengalami kemunduran lagi.
Sebagaimana disampaikan di muka bahwa proses belajar dalam rangka pemberdayaan
akan berlangsung secara bertahap.[1]
Tahap-tahap yang harus dilalui tersebut
adalah meliputi:
1.
Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli
sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri.
2.
Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan
keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar sehingga
dapat mengambil peran di dalam pembangunan.
3.
Tahap peningkatan intelektual, kecakapan keterampilan sehingga terbentuklah
inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada kemandirian.
B.
Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat
Selama masa perencanaan program KKN, tidak banyak
kegiatan yang kami persiapkan untuk dilaksakan di Rancasabir Desa Malakasari Kec. Baleendah
Kab Bandung. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan kami
mengenai kondisi, budaya serta kebutuhan di Kampung Rancasabir.
Kami hanya merencanakan sedikit kegiatan sebelum keberangkatan
KKN dan sisanya kami sesuaikan dengan kondisi serta kebutuhan desa disaat kami
telah tiba di lokasi KKN. Program yang kami rencanakan serta
laksanakan dalam kegiatan KKN telah melalui proses observasi kebutuhan dan
disesuaikan dengan kemampuan mahasiswa dalam melaksanakannya. Adapun kegiatan
yang telah kami laksanakan adalah sebagai berikut :
1.
Soswal, RW, dan Refso (Sosialisasi Awal, Rembug Warga dan Refleksi Sosial)
dilaksanakan pada minggu I, kegiatan tersebut dihadiri oleh DPL;
2.
Pesos (Pemetaan Sosial) dilaksanakan pada Minggu II dan dihadiri oleh DPL;
3.
Orgamas
(Pengorganisasian Masyarakat) dilaksanakan oleh peserta pada Minggu II;
4.
Cantif
(Perencanaan Partisipatif) dilaksanakan pada akhir minggu II dan atau pada awal
minggu III yang dihadiri oleh DPL;
5.
Sipro
(Sinergi Program) dilaksanakan oleh peserta KKN pada Minggu III;
6.
Pepro
(Pelaksanaan Program) dilaksanakan pada minggu III dengan dihadiri oleh DPL;
7.
Monev
(Monitoring Evaluasi) dilaksanakan pada minggu ke IV sekalian melaksanakan
penutupan KKN dengan dihadiri oleh DPL;
8.
Melakukan
Sensus Penduduk untuk melangkapi profil data desa.
Pada saat melakukan sensus penduduk tidak banyak kendala. Hanya saja
kebanyakan warga yang tidak mengerti bagaimana cara pengisian data pada format
yang sudah diberikan.
9.
Kegiatan
pembelajaran kepada anak-anak di MDT Al-Asri mengenai Fiqih dan akhlakul
karimah yang baik.
Pada saat pembelajaran tidak banyak kendala yang kami alami. Kegiatan
pembelajaran menggunakan literatur-literatur yang berhubungan dengan pembelajaran
Fiqih dan Akhlak.
- Melakukan
penyuluhan
hukum PERDA dan Pengolahan Sampah tingkat Desa sebagai langkah awal dalam
terlaksananya program KKN dan Program Pemerintahan Desa.
Sekalipun
jadwal tahapan KKN Sisdamas telah ditentukan waktunya, namun dalam pelaksanaannya
sangat fleksibel dengan memperhatikan kondisi dan kesiapan warga di lokasi KKN.
Guna keperluan pemahaman KKN Sisdamas, berikut dijelaskan secara singkat
tahapan KKN Sisdmas.
C.
Faktor Pendukung dan penghambat
Beberapa
faktor pendukung proses pembelajaran di MDT Al-Asri adalah sebagai berikut :
1.
Tersedianya ruang belajar, kurikulum, program pengajaran, dan sistem
pembelajaran.
Dengan
tersedianya kurikulum, program kerja, ruangan belajar dan sistem pembelajaran
mempermudah untuk melakukan proses pembelajaran Fiqh dan akhlak di MDT Al-Asri.
2.
Literatur-literatur tentang Fiqh dan akhlak sebagai panduan dalam prose
pembelajaran.
Faktor
penghambat proses pembelajaran di MDT Al-Asri :
1.
Kurangnya keikutsertaan guru di MDT
Al-Asri dalam memberi motivasi kepada anak untuk mempraktekan nilai-nilai fiqih
dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Lemahnya sumber daya guru di MDT Al-Asri dalam pengembangan pendekatan dan
metode yang lebih variatif.
3.
Minimnya sarana pelatihan pengembangan, serta rendah nya peran serta orang
tua peserta didik.
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.
Kesimpulan
Pembelajaran bidang studi Fiqh dan akhlak di Madrasah
Diniyyah adalah interaksi pendidik dalam memberikan bimbingan kepada peserta
didik untuk mengetahui ketentuan-ketentuan syari’at Islam. Materi yang sifatnya
memberikan bimbingan terhadap peserta didik agar dapat memahami, menghayati,
dan mengamalkan pelaksanaan syariat Islam tersebut kemudian menjadi dasar
pandangan dalam kehidupannya, keluarga dan masyarakat lingkungannya.
Dalam pembelajaran Fiqh bukan sekedar teori yang berarti
tentang ilmu yang jelas pembelajaran yang bersifat amaliah, harus mengandung
unsur praktek. Belajar fiqh dan akhlak untuk diamalkan, bila berisi larangan
harus dapat ditinggalkan atau dijauhi. Oleh karena itu fiqh dan akhlak bukan
hanya sekedar untuk diketahui, akan tetapi diamalkan dan sekaligus menjadi
pedoman atau pegangan hidup.
B.
Rekomendasi
Diharapkan
kepada guru-guru dan orang tua peserta didik dapat menanamkan dan memberikan
pembelajaran kepada anak sejak dini pengetahuan tentang fiqh dan akhlak. Agar
menjadi pedoman dan dapat mengetahui pokok-pokok hukum Islam agar diterapkan
pada kehidupan sehari-harinya.
Daftar
Pustaka
Akuntansi Desa, Penulis: V. Wiratna Sujarweni.
Biodata Penulis

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar